Seberapa Jauh prinsip harus dipertahankan?

"Apalah artinya hidup kalau tidak punya prinsip" begitu kira-kira kata-kata yang banyak diungkapkan oleh motivator-motivator atau sebagian advisor. Prinsip, apa itu prinsip?. Apakah ia semacam buah pisang yang di bungkus tepung kemudian digoreng?? (ngawur banget yah...), ataukah prinsip itu semacam nasi goreng yang dicampur mie yang sebelumnya direbus dulu? ( kuwe magelangan mbok, bro... Payah_pikirane panganan tok). Halaah_mbuh (pikin amat, kaya gak ada kerjaan aja... ( ngemeng2, emang punya kerjaan?). Udah... kembali ke laaaptop. (eh, mirip yang empunya kata2 khas itu gak?). Sejauh yang saya tangkap, banyak orang mendiskripsikan prinsip sebagai pegangan hidup (bukan yang dipegang bisa hidup lho...) yang diyakini oleh seseorang sebagai rambu-rambu lalu lintas hidupnya. Konkritnya, ia seperti rel kereta yang ia buat sendiri sebagai jalan untuk mengantarkan gerbong hidupnya menuju tempat tujuan yang diimpkannya. Lha Terus, dengan demikian apakah setiap orang yang memiliki sebuah tempat tujuan dalam hidupnya harus memiliki prinsip/rel kereta sebagai lintasan gerbong hidupnya?. Gak harus tho, bro.... Untuk menuju ke Surabaya kan gak harus pake rel tho?masih ada jalan aspal kan? Eeh,... ntar dulu, prinsip itu bukan ansich rel... Ia cuma seperti acuan hidup yang membutuhkan konsistensi aja. Jalan rel atau jalan aspal cuma teknis aja, prinsip itu keteguhan hati untuk tetap menuju tujuan. Ilustrasinya, kalau tujuan awal dari Jakarta mau menuju Surabaya dengan naik bus, ya harus tetap di bus itu sampai kita sampai Surabaya nanti. (walaupun di tengah jalan kebeuleut dkk?). Ya iyalah. Kecuali, ditengah jalan bus yang kita tumpangi mogok atau jalan yang dilewati bus kita ditutup/rusak Dan bus kita tak bisa lewat. Kalau seperti itu keadaannya, ya mau tak mau kita harus pindah ke jenis transportasi lain. Yang penting pada akhirnya nanti kita sampai di tempat tujuan. Dan gak cuma sampai di tempat tujuan, tapi sampai dengan selamat Dan tepat waktu. Minimally, ya gak jauh dari target waktu yang Udah direncanakan dari awal lah... (ko' jadi mbuleut2 tho.... Maksude piro?). Mbuh lah. (Wong lagi mumet n nulis sekarepe ko' direwes) OKEH. Pepe pe, mi mi mir, sa sa sa... Pemirsa!. Nna... Nna... Nna... (dasar katrok!) Sebenere opo maksude ngomong ngalor ngidul (yang gak jelas) tentang prinsip koyo neng dhuwur kuwi tho? Gini, kabarnya sekarang lagi ngetren di kalangan laki-laki (espesially laki-laki MAKER/mata keranjang), bahwa banyak laki-laki (bahkan di depan istrinya) nyeplos ingin punya istri yang imut Dan nggemesinnya kayak ayu ting ting. Lho, bukannya itu normal?. Sekarang bukan soal normal Dan gak normal, tapi kenapa se orang laki-laki yang sudah ber istri sampai berucap seperti itu? Tidak puaskah ia (tidak mareum) dengan istrinya? Bukankah wanita yang sekarang sudah jadi istrinya itu ada lah wanita yang sudah melalui uji standard prinsipnya? Sebagai contoh, sebelum menikah se orang laki-laki melafalkan prinsipnya bahwa pada wanita yang akan m'en jadi istrinya nanti yang penting dia itu cantik, berjiwa keibuan, pinter ngaji, Dan sholehah. Terus, setelah si lelaki mendapatkan istri yang sudah melewati standard prinsipnya tapi setiap kali melihat ada wanita cantik terus berkata "seandainya, seandainya....", jenis habitat makhluk apakah yang pantas untuk lelaki seperti ini?. OKEH. Pe pe pe, mi mi mir, sa sa sa... Pemirsa! Dahulu kala, (cerita dikit yah...). Dahulu kala, ada se orang pemuda. Dengan anugrah Bakat kecakapan yang pantas dikagumi oleh banyak wanita menjadikannya lupa diri. Singkat cerita, pada akhirnya banyak wanita yang dibuatnya (m'abuse) dengan busa-busa yang keluar dari mulutnya. Sampai pada suatu waktu (mungkin karena masih disayang Tuhan) ia pun terjaga dari kekhilafannya. Dan sampai lah pada pertaubatannya. Dia sadar ketika teringat bahwa dia jugea mempunyai adik perempuan, yang ber jenis kelamin sama dengan sekian wanita yang menjadi tak jelas dibuatnya. Sekian lama setelah kesadarannya itu, ia ingin menjalin hubungan yang serius dengan seorang wanita. Tak muluk-muluk standard yang diajukan untuk wanita itu, "yang penting cantik hatinya" sekalipun phisicly biasa-biasa saja. Karena prinsipnya (menurut si pemuda) seorang istri ada lah ladang akhirat, kalau ladang itu masih murni, belum terkontaminasi unsur-unsur kimiawi yang me rusak sruktur tanah, Dan subur maka tanaman yang akan tu mbuh diatas ladang itu pasti akan subur juga. Tapi, nyatanya, setelah secara sah (ber buat semaunya) dengan wanita yang sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut, kemudian sering Timbul tenggelam rasa ingin ganti istri. Lho, apa apaan ini? واستعينوا بالصبر والصلاة "Mintalah perlindungan dengan shobar dan sholat"

Comments

Popular posts from this blog

متن نظم هداية الصبيان في تجويد قراءة القرآن

Ijazah Wirid dari Syaikh Muhammad Abd Rabb al Nadhzari